Tren Batik Sangat Emosional

Tren batik yang kini melanda sebagian penggemar busana muslim masih sebatas ledakan emosional sesaat. Usaha Malaysia mematenkan motif batik memang telah menyulut kegairahan memakai batik sebagai material busana di Tanah Air. Oleh karena itu, kini tren-tren fashion batik terus-menerus dilahirkan untuk membumikan warisan leluhur ini. Busana batik tidak lagi identik dengan kesan formal dan kaku serta menjadi busana panggung semata.
"Desainer terus berupaya melahirkan mode-mode terbaru dan selalu ingin melahirkan tren baru. Bahannya tetap batik tetapi dimodifikasi untuk anak muda," kata Yoyonk Genji, desainer Mirota Batik, Kamis (24/7) di Yogyakarta.
Yoyonk mencontohkan, Mirota Batik pada Jogja Fashion Week tahun 2007 memamerkan rancangan baby doll batik. Kini, mode itu sudah menjadi tren batik untuk kalangan anak muda. Untuk memasyarakatkan karya-karya baru, pihaknya juga menggelar fashion show sendiri.
"Untuk Yogya memang agak lama, dari desain diluncurkan sampai menjadi tren. Booming batik saat ini dipengaruhi oleh tren artis atau publik figur yang memakai batik. Selain itu, faktor emosional karena paten batik oleh Malaysia sedikit banyak berpengaruh," ungkapnya.
Meskipun terkesan emosional, Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia DI Yogyakarta Ninik Darmawan mengatakan, meledaknya tren batik di masyarakat merupakan bukti batik tidak pernah hilang. Masyarakat tetap menyukai batik. Hanya dulu banyak yang tidak bisa menjangkau batik karena harganya relatif mahal.
Sekarang, kata Ninik, ketika industri masuk batik, harga tekstil bermotif batik lebih terjangkau. "Yang penting, sedapat mungkin mereka yang terjun di industri batik mengerti tentang batik," ujar Ninik.
Keseharian
Ninik menjelaskan, batik sejak awal memang dikenakan untuk keseharian. Ketika zaman berubah semakin modern, memakai kain batik menjadi sangat merepotkan. Saat itu belum terpikir kain batik bisa dibuat desain macam-macam. Belum lagi filosofi batik yang menyebabkan batik hanya terbatas digunakan dalam acara-acara khusus.
Desainer, menurut Ninik, telah menjadikan batik sebagai inspirasi sekitar tahun 2006. Dari sekadar inspirasi, sekarang batik telah menjadi salah satu material dalam busana. Tidak hanya batik, kain tradisional lain seharusnya juga diangkat dalam desain pakaian kasual.
Batik pun berkembang dari jarit menjadi aneka model pakaian. Beberapa tren busana batik yang kini sedang digemari perempuan muda misalnya baby doll, balon, lengan balon, dan kerut. Busana Muslim kini juga banyak dikombinasikan dengan kain batik.
Untuk motif batik, hampir semua motif diminati konsumen, seperti batik gaya klasik Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, Semarang, bahkan sampai batik yang selama ini belum banyak dikenal di Yogyakarta, seperti batik asal daerah Jawa Barat. Motif batik nithik gaya Yogyakarta yang selama ini "tenggelam" pun muncul lagi dan sangat digemari.
Karena itu, Jogja Fashion Week 2008 yang akan berlangsung 27-30 Agustus mendatang dilangsungkan guna lebih memasyarakatkan batik dan kain tradisional dalam aktivitas sehari-hari.
"Kami ingin menurunkan bibit-bibit baru yang fokus terhadap kain tradisional. Orang-orang yang memiliki pikiran besar namun tetap membumi," kata Ketua Persatuan Ahli Perancang Mode Indonesia DIY Dwiyanto Agus Nugroho.
Saat ini, Yoyonk menyebutkan, salah satu hal yang cukup mengkhawatirkan adalah terbatasnya sumber daya pembatik tulis. Booming batik yang menurutnya masih akan lama diperkirakan meningkatkan permintaan batik tulis. Jika tidak ada regenerasi, dikhawatirkan suplai batik tulis akan macet.

Keanggunan Busana Muslim

Busana Muslim memiliki kekuatan karismatik tersendiri ketika sentuhan-sentuhan mode tersebut selalu mengalir dalam etika dan estetika. Tidak heran, perkembangan arah gaya busana Muslim pun bergerak cepat searah perkembangan tren busana paling mutakhir.

Rancangan-rancangan busana muslimah, termasuk jilbab, kini sudah sangat beragam detail dan motifnya, serta bahan. Nuansanya diselaraskan dengan gaya dan selera berpakaian orang Indonesia secara umum.
Menurut Karina Triasari, Manager Karita Gaya Busana Muslim Muda Yogyakarta, tren busana jilbab 2006 adalah penggunaan warna-warna cerah dengan hiasan sederhana dari bordir dan payet. "Untuk pakaian, dia tidak terlalu longgar, tetapi juga tidak ketat. Bergaya simpel," katanya.
Arah gaya busana itu selaras dengan tren jilbab 2006 yang kini banyak dipakai kalangan perempuan muda, khususnya kalangan mahasiswi, yakni warna-warna seperti merah muda, biru, oranye, dan hijau muda. Warna itu dikombinasi dengan tambahan pernak-pernik sederhana, berupa sulam pita, beludru, atau velvet, bermotif bunga, tumbuhan, ataupun bulan dan bintang.
"Yang menjadi perhatian saat ini adalah desain, kepraktisan cara pemakaian, dan bahan. Tiga unsur itulah kombinasi tren jilbab saat ini," kata Karina.
Dari sisi desain, kini lebih banyak berkembang gaya jilbab yang dililit di leher dengan memadukan dua bahan sekaligus, dengan warna- warna degradasi dan kontras. Gaya yang banyak dipakai beberapa artis, seperti Ineke Koesherawati ataupun Hughes ini dinilai lebih mampu menunjukkan unsur femininitas si pemakai. Gaya lilit leher sendiri mempunyai banyak varian melalui teknik lilit atau ikat yang berbeda, misalnya lilit depan, samping, ataupun belakang. Disesuaikan dengan bentuk wajah.
Selain lebih praktis karena tidak memerlukan jarum, jilbab gaya lilit leher ini bisa dimodifikasi dengan bentuk-bentuk bunga sebagai aksen. Gaya seperti ini lebih terlihat "ringan" dan tampak simpel. Biasanya, untuk pemanis atau sedikit hiasan, dipakai pin bermotif ringan di bagian kiri kepala. Sesuai dengan motif jilbab yang sederhana tetapi tampak modern, pin juga bermotif simpel dengan gambar seperti bulan sabit ataupun bintang, terutama untuk usia 15- 25 tahun.
Untuk bahan, saat ini mengarah pada bahan-bahan "ringan" namun terasa sejuk di kepala, seperti sutera, chiffon, organdi, dan katun. "Gaya-gaya seperti itu akan lebih mudah dipadu-padankan dengan bawahan yang bermacam-macam, misalnya dengan celana jeans," ungkapnya.
Bagi para pemakai jilbab, mereka di antaranya mengaku selalu berusaha mengikuti tren mode jilbab agar tetap bisa tampil gaya. Tina (25), misalnya, selalu membuka-buka majalah busana Muslim agar memiliki referensi sebelum membeli di toko, termasuk juga menggunakan inspirasi busana Muslim yang dikenakan para artis.
"Saya biasanya memilih yang praktis, tidak ribet, sederhana, tetapi tetap tampak modis dan sesuai tren berbusana, tanpa harus melupakan inti pemakaian jilbab," katanya.
Seperti dikatakan Karina, menggunakan jilbab kini telah menjadi fenomena umum yang sudah sangat biasa dan telah menjadi bagian dari gaya berbusana modern, dan diharapkan mampu memancarkan kecantikan dan keanggunan seorang muslimah.